Ir. Fahrul authon juga menegaskan bahwa selain FEDEP Borobudur yang mendapatkan peringkat terbaik seJawa Tengah, Borobudur Juga Mendapatkan Kluster terbaik kemudian Kabupaten Kendal, dan Jepara.Latar belakang diadakannya penilaian ini untuk lebih meningkatkan peran masyarakat terhadap kondisi wilayah masing-masing daerah. Disebutkan bahwa Klaster merupakan kemitraan antar kegiatan ekonomi sejenis (horizontal) dan punya hubungan hulu-hilir (vertikal) yang saling bekerjasama membentuk multiply-chain dengan tujuan meningkatkan daya saing produk dan memperluas multiplier-effect kepada kelompok pelaku ekonomi terbawah. Konsep klaster tidak mengenal batas wilayah administrasi. Diungkapkan pula bahwa dahulu sebelum diadakannya program sekitar tahun 2005 kondisi Masyarakat Borobudur termasuk tidak kondusif, banyak terjadi konflik antar kelompok pelaku pariwisata, disamping kunjungan wisatawan kedesa-desa belum banyak. Namun sesudah adannya program tahun 2005 kondisi masyarakat berangsur-angsur kondusif, konflik semakin berkurang, jumlah wisatawan yang berkunjung ke desa-desa mulai banyak disamping juga munculnya pelaku/kelompok pelaku wisata baru.
Hal ini dibuktikan dengan pendapatan Andong yang meningkat 100%, pelaku wisata (guide) 25 % , nilai tambah peningkatan pendapatan pengrajin grabah dari sisi atraksi wisata 25 %, dan munculnya kesenian rakyat peningkatan pendapatanya mencapai 20%. Pengembangan desa disekitar Borobudur melalui paket wisata modern meliputi 20 desa, dan pengembangan wilayah bernuansa pedesaan. Diharapkan nantinya terjalin sinergi kerjasama dengan kluster daerah lain, yang meliputi paket wisata gabungan antara Borobudur dengan Kluster Dieng, Kluster Solo dan yang sedang dirintis kluster Karimunjawa. Kedepan akan lebih dioptimalkan pengembangannya khususnya untuk penguatan desa-desa secara intensif , berkembangnya Investasi dan peluang baru didunia pariwisata. *widodo anwari*